Alkisah, adalah suatu jamuan makan malam
yang sangat dikenal dalam sejarah ekonomi. Jauh pada tahun 1974. Arthur Laffer,
Jude Wanniski, Dick Cheney dan Donald Rumsfeld bertemu dalam suatu
kongkow-kongkow makan malam di Washington Hotel. Pembicaraan pun ngalor ngidul
mengenai perkembangan perekonomian Amerika Serikat saat itu (Ingat, saat itu
Amerika Serikat sedang mengalami stagflasi). Kongkow-kongkow ini melegenda ketika
pembicaraan menyinggung ke topik kebijakan perpajakan (tax policy). Dalam
diskusi yang hangat, Laffer menggambar suatu grafik pada selembar tisu untuk
menunjukkan bahwa tarif pajak yang lebih tinggi tidak selalu
menghasilkan pendapatan pajak yang lebih tinggi. Bahkan bisa jadi tariff pajak
yang lebih tinggi akan membunuh aktivitas ekonomi, yang mengakibatkan
pendapatan pajak menurun.Seperti apakah kurva yang digambarkan oleh Laffer
itu? Kurva yang simple kelihatannya namun, diderived dari pemahaman atas
kondisi factual dengan pemahaman konsep yang brilian.
Laffer sendiri mengakui bahwa bukanlah
dia sendiri yang menemukan konsep ini. Karena jauh sebelum peradabannya Ibnu
Khaldun telah menyampaikan konsep ini dalam kitabnya (Muqadimmah (Arab),
Prolegomena (Latin), 1377). Ibnu Khaldun menggunakan pendekatan dialektik dalam
menerangkan konsep ini:
Laffer
juga mengakui bahwa selain Ibnu Khaldun, pemikiran John Maynard Keynes dalam General
Theory of Employment, Interest and Money(1935) juga sangat mempengaruhinya
dalam mengutak-atik kurvanya. Sikap Laffer ini sungguh sikap yang pantas
ditiru, suatu kerendahhatian seorang economist, seorang pemikir ulung,
seorang scientist. Dia hanya ungkapkan bahwa kurva ini coba memberikan
ilustrasi atas pemikiran Ibnu Khaldun dan JM Keynes. Wanniski-lah yang
mempopulerkan Laffer Curve melalui artikel yang ditulisnya pada The Public
Interest (1978).
Sebetulnya untuk memahami
rasionalitas kurva ini, tidaklah sulit. Terlebih kalau dimulai dengan titik
ekstrim tariff 0% atau 100%. Maka secara logika sederhana dapat dimengerti
bahwa pada tariff 0% maka tax revenue akan 0. Pada tariff 100% maka secara
rasional, akan memberikan disinsentif kepada pembayar pajak untuk tidak
bekerja, karena seberapa pun hasilnya akan digunakan semuanya untuk membayar
pajak. Jadi mendingan gak usah kerja, gak capai. Akibatnya tax revenue juga nol.
Dengan asumsi tax rate continues antara 0% - 100% maka tax revenue akan
mengalami peningkatan sampai pada titik tertentu terus kembali turun menuju
titik 0.
0 komentar:
Post a Comment